Minggu, 12 Mei 2013

Syariat, Hakikat, Tarikat, & Makrifat



Pertanyaan:
Assalamu'alaikum wr.wb., Pak Ustadz?
saya mau tanya...

1. Sebenarnya, yang dimaksud dengan syariat, hakikat, tarikat, & makrifat itu apa? Apakah itu tingkatan atau apa?
2.  Apakah di dalam Alquran/hadist ada hal pernyataan yang seperti itu secara tersurat?
3. Apakah keempat  istilah tersebut juga ada ketika zamannya Rasulullah saw. atau sahabatnya?
4. Mengapa orang yang mengaku sudah mencapai tingkatan makrifat (katanya)  tidak perlu melaksanakan salat?
5. Kadang saya bingung kalau menyaksikan ceramah dai-dai ada yang bilang itu salah atau benar. Apalagi jika yang dibahas itu tentang hadist. Bagaiamana cara kita sebagai orang yang awam bisa membedakan  mana yang benar & mana yang salah, Pk Ustadz?
Jazakallah khairan


Jawaban Ustadz Farid Nu'man:
Wa 'Alaikum Salam ...

1. Syariat : hukum, aturan, undang-undang
    Hakikat: esensi dari syariat
    Tariqat: cara untuk mendekatkan diri kepada Allah
    Ma'rifat: keadaan mampu mengenal Allah dengan baik

2. Untuk syariat, Allah menyebutkan kata : Syir'ah yg artinya aturan. Ada pun yg lain Secara tersurat tidak ada.

3. Belum ada, itu istilah yang ada pada zaman setelah mereka.

4. Itu kesalahan fatal, dan merupakan talbisul iblis (perangkap syetan kepada mereka), para ulama yg sampai derajat ma'rifat seperti Abdul Qadir Jaelani, Al Ghazali pun sangat rajin shalat, bahkan mereka mengafirkan yang tidak shalat. Yang lebih hebat dari mereka seperti Nabi dan para sahabat pun shalatnya sampai bengkak-bengkak kakinya. Oleh karena itu, jika ada yang mengaku sudah sampai ma'rifat, tetap tidak shalat, ini merupakan kebodohan terhadap sejarah dan tidak paham cara mendekatkan diri kpd Allah

5. Semua pendapat bisa benar bisa salah, maka pilih pendapat yg paling sesuai Al-Quran dan As-Sunnah karena keduanya sebagai standar kebenaran seorang muslim. Tidak usah bingung-bingung dengan pendapat-pendapat manusia, ustadz, da'i, semua pendapat mereka bisa diterima atau juga ditolak, ukur saja sesuai Al-Quran dan As-Sunnah!

Kalau tidak tahu mengukurnya, tanyalah kepada ustadz yang berilmu, berwibawa, dan hati-hati, bukan ustadz-ustadz yang hanya bisa ceramah, tetapi minim ilmu agamanya.

Wallahu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar