Sabtu, 24 Maret 2012

Yulio Muslim da Costa: Mantan Asisten Pastor yang Jadi Hafiz 30 Juz Alquran (3)

 Selasa, 14 Pebruari 2012 18:23 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Kapal Kalimutu membawanya ke Pulau Jawa. Ia lalu tinggal di salah satu Pondok Pesantren Paciran Lamongan Jawa Timur, tempat Ustaz Zakaria pernah menimba ilmu beberapa tahun yang lalu.  Di Paciran, Muslim sempat menimba ilmu sambil menunggu jemputan dari Pondok Pesantren Taruna Alquran Yogyakarta pimpinan KH Umar Budihargo.
 
Setibanya di Pondok Pesantren Taruna Alquran Yogyakarta, Muslim mengisi hari-harinya dengan mempelajari agama Islam. Berbekal semangat tinggi, ia akhirnya mampu membaca tulisan Arab. Hanya dalam hitungan tiga pekan, Muslim sudah menamatkan buku Iqra. Setelah bisa membaca tulisan Arab,  sedikit demi sedikit, ia mulai menghafal surat-surat pendek.

Ketekunannya menghafal Alquran berbuah manis. Selama di pesantren itu, ia mampu menghalaf sembilan juz Alquran. Melihat semangat Muslim yang begitu tinggi, KH Umar Budihargo mengirimnya ke salah satu pondok pesantren khusus tahfiz selama enam bulan.

Sekembalinya dari pondok tahfiz, Muslim mengikuti ujian SMP dan dia lulus dengan hasil yang memuaskan. Sering kali dalam shalat-shalat malam,  Muslim menangis mensyukuri hidayah Allah. Ia juga kadang sering berdoa meminta kepada Allah agar tetap istiqamah untuk belajar agama Islam lebih mendalam lagi.

Doanya terkabul. Muslim menjadi salah satu santri yang ditunjuk untuk mengikuti tes seleksi melanjutkan studi ke kota Nabi SAW, yaitu Madinah al-Munawarah.  Tanpa sengaja, Muslim sempat bertemu dan berbincang-bincang langsung dengan salah satu syekh penguji dari Madinah. Bermodalkan bahasa Arab sebisanya, Muslim memberanikan diri menceritakan sebagian dari kisah hidupnya.

Sang Syekh sangat tertarik dengan cerita kehidupan dan kemualafannya. Ulama dari Madinah itu meminta Muslim untuk membawa ijazah dan ingin mengujinya langsung. Sembari menunggu pengumuman hasil tes penerimaan dari Madihah, KH Umar Budihargo memberi amanah kepada Muslim untuk memegang pondok di Gunung Kidul, Karangmojo, Yogjakarta pada 1997.

Setahun kemudian, pengumuman hasil tes itu keluar. Ia menjadi salah seorang peserta yang terpilih  untuk menimba ilmu di  kota Madinah. Pada Ramadhan tahun 1999, ia sempat pulang ke Tanah Air. Ia bermaksud untuk mengajak kedua orangtua dan adik-adiknya untuk memeluk Islam.

Saat itu – pascareferendum -- keluarganya sedang mengungsi di Kupang, NTT. Muslim pun bertemu dengan keluarganya, dan ia menyampaikan ajakannya itu.  Namun, hidayah hanya milik Allah SWT. Saat itu, keluarganya belum merespons dakwahnya untuk memeluk Islam.

Ia akhirnya kembali ke Madinah dengan hati yang sedikit kecewa. Meski begitu, Muslim tak pernah berhenti berdoa agar keluarganya segera dibukakan pintu hatinya untuk menerima Islam. Doanya akhirnya dikabulkan. Pada 2003, keluarganya berkunjung ke Yogyakarta dan pada pertengahan tahu itu pula, kedua orangtua dan empat adiknya bersyahadat dan memeluk Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar